Senin, 01 Oktober 2012

Destruksi protein

         Pada tahapan ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi destruksi  menjadi unsur-unsurnya. elemen karbon, hidrogen, teroksidasi menjadi CO, CO2, dan H2O. sedangkan nitrogen berubah menjadi (NH4)2SO4. asam sulfat yang digunakan untuk destruksi diperhitungkan adanya bahan protein, lemak, dan karbohidrat. untuk mendestruksi 1 gram protein diperlukan 9 gram asam sulfat,untuk 1 gram lemak perlu 17,8 gram asam sulfat, sedangkan 1 gram karbohidrat perlu 7,3 gram asam sulfat.
       Karena lemak memerlukan asam sulfat yang paling banyak dan memerlukan waktu destruksi cukup lama, maka sebaiknya lemak dihilangkan lebih dulu sebelum destruksi dilakukan. asam sulfat yang digunakan  minimum 10 ml (18,4 gram). sampel yang dianalisa sebanyak 0,4-3,5 gram atau mengandung nitrogen sebanyak 0,02-0,04 gram. untuk cara mikro kjeldahl bahan tersebut lebih sedikit lagi, yaitu 10-30 mg.
          Untuk mempercepat proses destruksi sering ditambahkan katalisator berupa campuran Na2SO4 dan HgO (20:1). Gunning menganjurkan menggunakan K2SO4 atau CuSO4. dengan penambahan bahan katalisator tersebut, titik didih asam sulfat akan dipertinggi sehingga destruksi akan berjalan lebih cepat. Tiap 1 gram K2SO4 dapat menaikkan titik didih 3 derajat celcius. suhu destruksi berkisar antara 370-410 derajat celcius.
           Protein yang kaya asam amino histidin dan triptofan umumnya memerlukan waktu yang lama dan sukar dalam destruksinya. untuk bahan seperti ini memerlukan katalisator yang relatif lebih banyak. selain katalisator yang disebutkan tadi, kadang-kadang juga diberikan selenium. selenium dapat mempercepat proses oksidasi karena zat tersebut selain menaikkan titik didih juga mudah mengadakan perubahan dari valensi tinggi ke valensi rendah atau sebaliknya.
           Penggunaan selenium lebih reaktif dibandingkan dengan merkuri dan cupri sulfat, tetapi selenium memiliki kelemahan yaitu karena sangat cepatnya oksidasi maka nitrogennya justru mungkin ikut hilang. hal ini dapat diatasi dengan pemakaian selenium yang sangat sedikit yaitu kurang dari 0,25 gram.
              Proses destruksi sudah selesai apabila larutan menjadi jernih atau tidak berwarna. agar analisa lebih tepat, maka pada tahap destruksi ini dilakukan perlakuan blangko, yaitu koreksi adanya senyawa N yang berasal dari reagensia yang digunakan.

Daftar Pustaka
Sudarmadji et al. 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty

0 komentar:

Posting Komentar