Shigella
adalah bakteri patogen usus yang dikenal sebagai agen penyebab penyakit
disentri basiler. Bakteri ini menginfeksi saluran pencernaan dan menyebabkan
berbagai gejala, dari diare, kram, muntah, dan mual.
Shigella merupakan penyebab diare
disentri yang paling sering pada anak usia 6 bulan sampai 10 tahun di Amerika
Serikat dan negara berkembang. Shigella tahan terhadap keasaman lambung dan
membutuhkan inokulum yang kecil untuk menyebabkan diare sehingga mudah ditularkan
ke orang lain. Penularan terjadi dalam kondisi banyak orang berkumpul dalam
satu tempat seperti di penitipan anak, panti asuhan atau tempat penampungan.
Rendahnya sanitasi, pasokan air yang buruk, dan fasilitas yang pipa tidak dapat
memberi sumbanagan terhadap peningkatan risiko infeksi. Shigella menginvasi dan
berproliferasi di dalam epitel kolon. Kemudian menghasilkan suatu toksin dengan
efek sekretori dan sitotoksik dan menyebabkan ulkus sehingga tinja mengandung
lendir dan darah, secara mikroskopis ditemukan leukosit dan eritrosit.
Pada
tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan
dengan jumlah kasus
8133 orang, kematian
239 orang (CFR
2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB
di 24 Kecamatan dengan jumlah
kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan
jumlah penderita 4204 dengan kematian 73
orang (CFR 1,74 %.). Berdasarkan isolasi penderita diare dari RS
Karantina Jakarta pada tahun 1980--1985 spesies terbanyak dari Shigella ialah
Sh. Jlexneri (47,1%) lalu menyusul Sh. dysentriae (27.4%).
A.
Taksonomi
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gamma proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Shigella
Spesies : Shigella flexneri, Shigella dysenteriae,
Shigella boydii dan Shigella sonnei
B.
Struktur
antigen
Shigella mempunyai
susunan antigen yang komplek, terdapat tumpang tindih dalam sifat serologik
berbagai spesies, dan sebagian besar bakteri ini mempunyai antigen O yang juga
dimiliki oleh bakteri enterik lainnya. Antigen somatik O Shigella adalah
liposakarida. Kekhususan serologiknya tergantung pada polisakarida. Terdapat
lebih dari 40 serotipe. Klasifikasi Shigella
didasarkan pada sifat-sifat biokimia dan antigenic (Nathania, 2008).
Shigella dibagi dalam empat serogrup berdasarkan
komponen-komponen utama antigen O yaitu:
1. Grup
A: Shigella dysenteriae
2. Grup
B: Shigella flexneri
3.
Grup C: Shigella boydii
4. Grup
D: Shigella sonnei
Setiap serogrup
dibagi lagi dalam serotip berdasarkan komponen minor antigen O. sampai saat ini
sudah ditemukan 10 serotip Shigella
dysenteriae, 6 serotip Shigella
flexneri, 15 serotip Shigella boydii,
1 serotip Shigella sonnei.
C.
Toksin
Shigella sp. dapat
menyebabkan penyakit karena bakteri tersebut mampu menghasilkan toxin (racun).
Ada 2 macam racun, yaitu:
1. Endotoksin
Infeksi
hampir selalu terbatas pada saluran pencernaan, invasi ke aliran darah sangat
jarang dan sangat menular. Infeksi di usus akut ini adalah disentri basiler/
Shigellosis yang dapat sembuh sendiri. Reaksi peradangan yang hebat tersebut
merupakan faktor utama yang membatasi penyakit ini hanya pada usus. Selain itu
juga menyebabkan timbulnya gejala klinik berupa demam, nyeri abdomen, tenesmus
ani (mulas berkepanjangan tanpa hasil pada hajat besar). Waktu terjadinya
autolysis semua bakteri Shigella sp mengeluarkan lipopolisakaridanya yang
toksik. Endotoksin mungkin akan menambah iritasi pada dinding usus.
2. Eksotoksin
Eksotoksin
merupakan protein yang antigenik (merangsang produksi antitoksin) dan mematikan
hewan percobaan. Aktivitas enterotoksin terutama pada usus halus yang berbeda
bila dibandingkan dengan disentri basiler klasik dimana yang terkena adalah
usus besar. Sebagai eksotoksin zat ini dapat menimbulkan diare sebagaimana
enteroktoksin yang tidak tahan panas.
Pada
manusia eksotoksin menghambat absorbsi gula dan asam amino pada usus kecil.
Neurotoksin ini juga ikut berperan dalam menyebabkan keparahan penyakit dan sifat
infeksi Shigella dysenteriae, serta menimbulkan reaksi susunan saraf pusat
(meningismus, koma,).
D.
Sifat biakan
Semua Shigella meragikan
glukosa. Bakteri ini tidak meragikan laktosa kecuali Shigella sonei. Ketidak
mampuannya meragikan laktosa membedakan bakteri- bakteri Shigella pada
perbenihan diferensial. Bakteri ini membentuk asam dari karbohidrat, tetapi
jarang menghasilkan gas. Bakteri ini juga dibagi menjadi bakteri yang meragikan
manitol dan yang tidak.
Aerob dan fakultatif anaerob, pH pertumbuhan 6,4 – 7,8 dan
suhu pertumbuhan optimum 37oC kecuali Shigella sonnei dapat
tumbuh pada suhu 45oC. Sifat biokimia yang khas adalah negatif pada
reaksi fermentasi adonitol, tidak membentuk gas pada fermentasi glukosa, tidak
membentuk H2S kecuali Shigella flexneri, negatif terhadap sitrat,
DNAse, lisin, fenilalanin, sukrosa, urease, VP, manitol, laktosa kecuali Shigella
sonei meragi laktosa secara lambat, manitol, xylosa dan negatif pada
tes motilitas.
E.
Patogenitas
Bakteri tertelan,
masuk dan berada di usus halus, menuju ileum terminal dan kolon melekat pada
permukaan dan kolon, melekat pada permukaan mukosa, berkembang biak, reaksi
peradangan hebat, sel-sel terlepas, timbul Ulkus, terjadi disentri basiler
(tinja lembek, bercampur darah, mukus dan pus, nyeri abdomen, mules, tenesmus ani).
Masa inkubasinya adalah 2-4 hari, atau bisa lebih lama
sampai 1 minggu. Oleh seseorang yang sehat diperlukan dosis 1000 bakteri Shigella untuk menyebabkan sakit.
Penyembuhan spontan dapat terjadi dalam waktu 2-7 hari terutama pada penderita
dewasa yang sehat sebelumnya, sedangkan pada penderita yang sangat muda atau
tua dan juga pada penderita dengan gizi buruk penyakit ini akan berlangsung
lama. Pernah ditemukan terjadinya septicemia pada penderita dengan gizi buruk
dan berkhir dengan kematian.
F.
Cara Penularan
Penyebaran Shigella adalah dari manusia ke manusia lain,
dimana karier merupakan reservoir kuman. Dari karier ini Shigella disebarkan oleh lalat, juga melalui tangan yang kotor,
makanan yang terkontaminasi, tinja serta barang-barang lain yang terkontaminasi
ke orang lain yang sehat.
Jawetz,
Melnick, dan Adelberg. 2005. Medical Microbiologi.
Salemba Medica Page: 353-357
(http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/10/jtptunimus-gdl-s1-2008-astridyudh-487-3-bab2.pdf)
Diunduh pada 21 maret 2012.
0 komentar:
Posting Komentar