Warna merupakan faktor yang dapat digunakan sebagai
indikator kesegaran atau kematangan suatu produk. Warna merupakan daya tarik
terbesar untuk menikmati aroma makanan. Warna dalam makanan dapat meningkatkan
penerimaan konsumen tentang sebuah produk. Namun, penggunaan pewarna sintetis
harus dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku karena dapat merugikan kesehatan.
Oleh karena itu perlu dilakukan monitoring pewarna sintetis berbagai produk
makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat. Metode analisis kualitatif yang
digunakan adalah kromatografi kertas. Sementara analisis kuantitatif menggunakan
spektrofotometer UV-VIS. Pewarna sintetis yang terkandung dalam sebagian besar
sampel yang dianalisis adalah pewarna yang memungkinkan penggunaannya untuk
makanan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI seperti sunset yellow, ponceau 4R,
tartrazine, dan carmoisin.
Secara luas aditif pangan telah ada lebih dari 2.500
jenis yang digunakan untuk preservative (pengawet) dan pewarna (dye). Zat-zat
aditif ini digunakan untuk mempertinggi nilai pangan (Mautinho et al,
2007) sebagai konsekuensi dari industrialisasi dan perkembangan proses
teknologi pangan. Warna merupakan daya tarik terbesar untuk menikmati makanan
setelah aroma. Pewarna dalam pangan dapat meningkatkan penerimaan konsumen
terhadap suatu produk (Dixit et al, 1995). Oleh karena itu produsen pun
berlomba menawarkan aneka produknya dengan tampilan yang menarik dan
warna-warni. Jenis pewarna yang sering ditemukan dalam beberapa produk pangan
diantaranya adalah Sunset Yellow dan Tartrazine. Tartrazine dan Sunset
Yellow secara komersial digunakan sebagai zat aditif makanan, dalam pengobatan
dan kosmetika yang sangat menguntungkan karena dapat dengan mudah dicampurkan
untuk mendapatkan warna yang ideal dan juga biaya yang rendah dibandingkan dengan
pewarna alami (Pedro et al, 1997)
Di samping
itu terdapat pula pewarna sintetis Rhodamin B ditemukan dalam produk pangan
yang seharusnya digunakan untuk pewarna tekstil. Walaupun memiliki toksisitas yang
rendah, namun pengkonsumsian dalam jumlah yang besar maupun berulang-ulang menyebabkan
sifat kumulatif yaitu iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit, iritasi pada
mata, iritasi pada saluran pencernaan, keracunan, dan gangguan hati (Trestiati,
2003).
Analisa
Kualitatif
Identifikasi
zat pewarna sintetis pada analisa kualitatif menggunakan metode Kromatografi
Kertas (Papper Chromatografhy) (SNI, 01-2895-1992).
Analisa
Kromatografi Kertas
Prinsip uji bahan Pewarna Tambahan Makanan (BTP)
adalah zat warna dalam contoh makanan/minuman diserap oleh benang wool dalam
suasana asam dengan pemanasan kemudian dilakukan kromatografi kertas (Poltekes
Bandung, 2002).
a.
Memasukan ± 10 ml sampel cair atau 10 –25 gram sampel padatan ke dalam gelas piala
100 ml.
b.
Diasamkan dengan menambahkan 5 ml Asam asetat 10 %.
c.
Memasukan dan merendam benang wool ke dalam sampel tersebut.
d.
Memanaskan dan mendiamkan sampai mendidih ( 10 menit).
e.
Mengambil benang wool, dicuci dengan air dan dibilas dengan aquades.
f.
Menambahkan 25 ml amoniak 10 % ke dalam benang wool yang telah dibilas tersebut.
g.
Memanaskan benang wool sampai tertarik pada benang wool (luntur).
h.
Benang wool dibuang, larutan diuapkan di atas water bath sampai kering.
i.
Residu ditambah beberapa tetes metanol, untuk ditotolkan pada kertas
kromatografi yang siap pakai.
j.
Dieluasi dalam bejana dengan eluen sampai mencapai tanda batas.
l.
Warna yang terjadi diamati, membandingkan Rf (Retardation factor) antara
Rf sampel dan Rf standar.
Perhitungan
:
Jarak yang ditempuh komponen
Jarak yang ditempuh komponen
Rf
= ---------------------------------
Jarak yang ditempuh
eluen
Analisa
Kuantitatif
Pengukuran
zat pewarna sintetik pada analisa kuantitatif menggunakan metode Spektrofotometri
UV-Visibel (Depkes RI, 1995).
Preparasi
Standart
1. Deret
standar tartrazine (0 ppm – 10 ppm)
Memipet
masing-masing 1025,4 ± l, 2050,8 ± l dan 3076,3 ± l standar tartrazine 487,6 ppm
ke dalam labutakar 100 ml. Menambahkan aquades masing-masing menjadi 100 ml kemudian
dikocok. Deret standar ini mengandung 0,1, 2.5, 5, 7.5 dan 10 ppm tartrazine
2. Standar
Rhodamin B(0 ppm – 10 ppm)
Memipet
masing-masing 1107,4 ± l dan 2214,8 standar tartrazine 451,5 ppm ke dalam labu
takar 100 ml. Menambahkan aquades masing-masing menjadi 100 ml kemudian di kocok.
Deret standar ini mengandung 0, 1, 2.5,5, 7.5 dan 10 ppm Rhodamin B
Preparasi
Sampel
Metode
preparasi sampel pada analisa kuantitatif secara Spektrofotometri menggunakan
metode preparasi sampel pada analisa kualitatif (Kromatografi kertas), yaitu :
a.
Memasukan ± 10 ml sampel cair atau 10– 25 gram sampel padatan ke dalam gelas
piala 100 ml.
b.
Diasamkan dengan menambahkan 5 ml asam asetat 10 %.
c.
Memasukan dan merendam benang wool ke dalam sampel tersebut.
d.
Memanaskan dan mendiamkan sampai mendidih (± 10 menit).
e.
Mengambil benang wool, dicuci dengan air dan dibilas dengan aquades.
f.
Menambahkan 25 ml amoniak 10 % ke dalam benang wool yang telah dibilas tersebut.
g.
Memanaskan benang wool sampai warna yang tertarik pada benang wool luntur
kembali.
h.
Warna yang telah ditarik dari benang wool dan masih larut dalam amoniak
kemudian di analisa dengan spektrofotometer UV-Visibel.
Perhitungan
: ppm
kurva x ml ekstrak sampel x 1000 g x FP
Konsentrasi (ppm) = -------------------------------------------------
1000
ml x g sampel
FP
= Faktor Pengenceran
0 komentar:
Posting Komentar