Metode luff schoorl merupakan salah satu
metode yang dapat digunakan dalam penentuan kadar karbohidrat secara kimiawi. Sampel
yang dipakai pertama-tama ditimbang sebanyak 2,5 gram. Sampel yang telah
ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml kemudian ditambahkan
akuades 50 ml untuk melarutkan sampel.
Setelah itu ditambahkan 5 ml Pb-asetat 5% dan
dikocok. Tujuan penambahan Pb-asetat adalah sebagai larutan penjernih dan
mengendapkan asam-asam organik. Kemudian ditambahkan 5 ml Na-phospat 5% dengan
tujuan mengatasi kelebihan Pb-asetat. Sampel dikocok dan disaring kemudian
diambil filtratnya sebanyak 50 ml.
Selanjutnya sampel dievaporasi sampai volume
sampek setengah dari volume awal. Kemudian sampel diencerkan menjadi 100 ml dan
dihasilkan larutan A. dari larutan A
dapat ditentukan kadar gula total dan gula reduksinya.
Kadar gula total adalah kandungan gula
keseluruhan dalam suatu bahan pangan baik monosakarida maupun oligopsakarida. Sedangkan
kadar gula reduksi adalah kandungan gula pereduksi dalam bahan pangan. gula reduksi adalah gula yang dapat
mereduksi zat lain. Gula pereduksi biasanya golongan monosakarida. Hal ini
disebabkan golongan monosakarida mengandung gugus aldehid dan gugus keton yang
aktif mereduksi senyawa lain.
Untuk menentukan kadar gula total, larutan A diambil 50 ml dan dimasukkan ke dalam labu
ukur. Kemudian ditambahkan 5 tetes metil orange sebagai indicator dan
ditambahkan pula 20 ml HCl 4N. penambahan HCl dimaksudkan untuk mmenghidrolisis
karbohidrat. Polimer karbohidrat sulit untuk bereaksi sehingga penambahan asam
akan memecah polimer menjadi monomer-monomer yang akan lebih mudah untuk
bereaksi dengan senyawa lain.
Hidrolisis pada sampel dapat memisahkan
karbohidrat dalam sampel. Setelah ditambahkan HCl, campuran sampel dan HCl
dipanaskan selama 30 menit. Setelah dipanaskan sampel dinetralkan dengan
larutan NaOH 60% sampai sampel dan campuran di dalamnya netral. Larutan sudah
netral dengan ditandai perubahan warna menjadi kuning-orange.
Dalam pengujian karbohidrat dengan metode luff
school ini, PH larutan harus diperhatikan dengan baik, karena PH yang terlalu
rendah (terlalu asam) akan menyababkan hasil titrasi menjadi lebih tinggi dari
sebebnarnya. Hal ini dikarenakan terjadi reaksi oksidasi ion iodide menjadi I2.
O2 + 4 I- + 4 H+ --> 2 I2 + 2H2O
Sedangkan apabila PH terlalu tinggi (terlalu
basa), maka hasil titrasi akan menjadi lebih rendah daripada sebenarnya, karena
pada PH tinggi akan terjadi resiko kaesalahan, yaitu terjadinya reaksi I2 yang terbentuk dengan air (hidrolisis).
I2 + H2O --> HOI + I- + H+
4HOI + S2O32- +
H2O --> 2 SO42- +4 I- +6H+
Setelah dinetralkalkan, sampel diencerkan
kembali hingga volume 100 ml dan dihasilkan larutan B. kemudian larutan B ini dipipet sebanyak 25 ml dan
ditambahkan larutan luff school. Larutan luff school akan bereaksi dengan
sampel yang mengandung gula pereduksi:
R-COH + CuO -->
Cu2O + R-COOH
Seharusnya campuran tersebut ditambahkan batu
didih untuk mencegah terjadinya letupan (bumping). Larutan tersebut drefluks
dengan tujuan untuk menguapkan senyawa-senyawa volatile namun tidak mengurangi
volume larutan. Pada proses refluks, diusahakan larutan mendidih dalam waktu 3
menit dan biarkan mendidih selama 10 menit, hal ini dimaksudkan agar proses
reduksi berjalan sempurna, dan Cu dapat tereduksi dalam waktu kurang lebih 10
menit.
Agar tidak terjadi pengendapan seluruh Cu3+
yang tereduksi menjadi Cu+,sehingga ada kelebihan Cu2+ yang
dititrasi maka larutan harus mendidih atau diusahakan mendidih dalam waktu 3
menit. Campuran tersebut kemudian didinginkan dalam air agar pendinginan berlangsung
cepat. Setelah campuran dingin, kemudian ditambahkan KI 30% sebanyak 10 ml dan
25 ml H2SO4 6N perlahan-lahan. Penambahan larutan-larutan
ini akan menimbulkan reaksi antara cuprioksida menjadi CuSO4 dengan
H2SO4, dan CuSO4 tersebut bereaksi dengan KI.
Reaksi tersebut ditandai dengan timbulnya buih
dan warna larutan menjadi coklat. Larutan tersebut kemudian dititrasi cepat
dengan menggunakan larutan tiosulfat (Na2S2O3)
0,1 N. titrasi cepat dilakukan untuk menghindari penguapan KI. Namun, hal yang sering
terjadi adalah setelah direfluks, larutan tidak segera dititrasi sehingga hasil
yang didapat gagal.
Indicator yang digunakan adalah amilum 1%. Penambahan
indicator amilum dilakukan setelah campuran mendekati titik akhir titrasi. Hal ini
dilakukan karena apabila penambahan amilum dilakukan pada awal titrasi, maka
akan terbentuk senyawa iodamilum yang akan mengakibatkan warna titik akhir
titrasi menjadi tidak terlihat tajam. Penentuan kadar gula total dan gula
reduksi ini menggunakan blangko yaitu pengujian dengan metode luff schoorl
namun tanpa sampel.
Catatan:
1. Metode luff school merupakan salah satu metode
yang dapat digunakan dalam penentuan kadar karbohidrat secara kimiawi.
2. Tujuan penambahan Pb-asetat adalah sebagai
penjernih dan mengendapkan asam-asam organic dan tujuan penambahan Na phospat
5% adalah untuk mengatasi kelebihan Pb-asetat.
3. Gula pereduksi biasanya golongan monosakarida.
Hal ini disebabkan karena golongan monosakarida mengandung gugus aldehid dan
gugus keton yang aktifmereduksi senyawa lain.
4. Penambahan HCl dimaksudkan untuk
menghidrolisis karbohidrat. Polimer karbohidrat sulit bereaksi sehingga dengan
penambahan asam, polimer akan terpecah menjadi monomer-monomer yang akan lebih
mudah untuk bereaksi dengan senyawa lain.
5. Larutan direfluks dengan tujuan untuk
menguapkan senyawa-senyawa volatile namun tidak mengurangi volume larutan.
6. Penambahan indicator amilum dilakukan setelah
campuran mendekati titik akhir titrasi. Hal ini dilakukan karena apabila
penambahan amilum dilakukan pada awal titrasi, maka akan terbentuk senyawa
iodamilum yang akan mengakibatkan warna titik akhir titrasi menjadi tidak
terlihat tajam.
Daftar pustaka
Harjadi, W. 1994. Ilmu Kimia
Analitik Dasar.Jakarta : Gramedia.
Sudarmadji, Slamet. 1996.Analisa Bahan Makanan & Pertanian.
Yogyakarta :Liberty.
Winarno, FG.
1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia.
0 komentar:
Posting Komentar