Selasa, 06 Januari 2015

Tulang

Ada beberapa masalah yang terjadi berkaitan dengan tulang,,misalnya:

1. Osteoporosis : Masa tulang yang rendah disertai mikroarsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh.

2. Osteoarthritis : Arthritis yang disebabkan karena kerusakan kartilago pada satu atau dua lebih sendi. Kartilago adalah bantalan pemisah antara tulang dengan tulang pada sendi.

3. Osteomalasia : Gangguan pembentukan tulang pada orang dewasa yang berakibat pada pelunakan tulang ditandai dengan nyeri tubuh, otot melemah, dan kerapuhan tulang.

4. Rickets : Gangguan pembentukan dan pertumbuhan tulang pada anak.

Sabtu, 15 Desember 2012

metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein



A.  Karbohidrat

      Klasifikasi karbohidrat:
1. Monosakarida
    Monosakarida merupakan karbohidrat paling sederhana karena molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom C dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis menjadi karbohidrat lain. Monosakarida dibedakan menjadi aldosa dan ketosa. Contoh dari aldosa yaitu glukosa dan galaktosa. Contoh ketosa yaitu fruktosa.
 
2. Disakarida
    Disakarida merupakan karbohidrat yang terbentuk dari dua molekul monosakarida yang berikatan melalui gugus -OH dengan melepaskan molekul air. Contoh dari disakarida adalah sukrosa, laktosa, dan maltosa. 

3. Polisakarida
    Polisakarida merupakan karbohidrat yang terbentuk dari banyak sakarida sebagai
monomernya. Rumus umum polisakarida yaitu C6(H10O5)n. Contoh polisakarida adalah
selulosa, glikogen, dan amilum. 

    Metabolisme Karbohidrat
1. Glikolisis
    Baik dalam keadaan anaerob maupun aerob, glukosa diubah menjadi privat melalaui serangkaian reaki glikolisis. Dalam keadaan anaerob piuvat dikonversi menjadi asam lakta atau alkohol sedangkan dalam keadaan aerob piravat dikonversi menjadi asetil KoA yang kemudian masuk dalam jalur asam trikarboksilat. Sedangkan serangkaian reaksi yang terjadi berurutan dalam jalur EMP untuk mengkonversi glukosa menjadi asam privat yang secara garis besar dapat dikelompokkan dalam dua tahap, yaitu tahap perubahan glukosa menjadi triosa fosfat (yang memerlukan energi kemia) dan tahap perubahan triofo fosfat menjadi asam privat sambil melepaskan energi kimia ke lingkungannya.

a.Isomerasi Glukosa 6-Fosfat
   Reaksi berikutnya adalah reaksi isomerasasi glukosa menjadi frutkosa 6-faosfat. Reaksi ini dan sebaliknya dikatalisis enzim fosfo glukoisomerase.

b.Fosforealasi Frutkosa -6-Fosfat Menjadi Frutkosa 1,6 Difosfat
      Pada reaksi tahap ketiga ini dikatalisis oleh fosfo-fruktosakinase. Tahap ini merupakan tahap reaksi penting untuk pengendalian metabolisme karena enzim ini adalah enzim allosterik yang dapat dipengaruhi oleh beberapa metabolit umum. Kelebihan ATP ataupun asam sitrat dapat menghambat enzim fosfofruktokinase ini. Sebaliknya AMP, ADP, dan Fruktosa 6-P dapat menstimulasi enzim. Enzim ini memerlukan ion Mg2+ sebagai kofaktor dan memiliki berat molekul yang sangat tinggi   (± 360.000) dan terdiri dari 4 sub unit).
 
c.Pembentukan Trio Fosfat
   Reaksi berikutnya menyangkut pemotongan glukosa 1,6 – difosfat dengan membentuk dua triosa fosfat: dihidroksi aseton fasfat dan D-gliseraldehida -3- fosfat. Enzim yang mengkatalisis reaksi ini adalah aldolase. Hasil dari oksidasi aldehida menjadi asam karboksilat disimpan dalam bentuk gugus asil fosfat: 1-3 difosfogliserat. Enzim yang berperan adalah gliseraldehida-3-fosfatdehidrogenase. 

d.Interkonversi Asam 3-Fosfogliserat Menjadi 2-Fosfogliserat
   Fosfogliseril mutase mengkatkalisis interkonvensi dua macam asam Fosfogliserat.

e.Pembentukan Asam Fosfoenol Piruvat
   Tetapan setimbang (Kstb) reaksi ini sama dengan 3. hal ini berarti bahwa reaksi diatas berjalan secara reversible. Asam fosfoenol piravat (PED) merupakan molekul berenergi tinggi.
 
f. Hidrolisis Asam Fosfoenol Piravat Menjadi Piravat.
  Gugus fosfat dari PEP dipindahkan kepada ADP sehingga terbentuk ATP. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim piravat. Taoutomerisasi dari bentuk enol menjadi keto dapat memberikan cukup energy untuk membentuk ATP.

Anabolisme karbohidrat
   Karbohidrat dibedakan menjadi monosakarida, disakarida, oligosakarida dan polisakarida. Monosakarida bekaitan dengan monosakarida membentuk disakarida. Disakarida dengan disakarida membentuk polisakarida.

B. LEMAK 

Metabolisme lemak
     Lemak diserap dalam bentuk gliserol dan asam lemak. Asam lemak hasil pencernaan mula-mula bereaksi dengan garam-garam karbonat membentuk senyawa sabun yang dapat diserap oleh jonjot usus. Senyawa sabun terurai kembali menjadi asam lemak dan garam karbonat. Asam lemak bersenyawa kembali dengan gliserol membentuk lemak selanjutnya diangkut oleh pembuluh getah bening usus (pembuluh kil) menuju ke pembuluh getah bening kiri dada ke pembuluh balik bawah selangka (vena subclavia) kiri, kemudian lemak disimpan di jaringan adiposa (jaringan lemak). Jika dibutuhkan, lemak diangkut ke hati dalam bentuk senyawa lesitin. Di hati lemak di hidrolisis oleh lipase menjadi asam lemak dan gliserol.

Anabolisme lemak
Anabolisme lemak/lipogenesis terjadi dalam sitoplasma yang memiliki enzim kompleks (asam lemak sintetase). Asam lemak palmitat merupakan senyawa untuk anabolisme asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Gliserol ditambah 3 molekul asam lemak dengan bantuan enzim lipase akan membentuk lemak. Gliserol terbentuk dari dihidroksiaseton fosfat yang merupakan senyawa dengan 3 atom C. Zat tersebut akan mengalami reduksi α-glisero fosfat yang dibantu oleh enzim dehidrogenase α-glisero fosfat dan NADH2. Kemudian α-glisero fosfat mengalami hidrolisis dan terbentuklah gliserol dengan bantuan enzim fosfatase (gliserol 3-fosfat). Pembentukan triasilgliserol dapat dilakukan melalui jalur lain, yaitu antara dihidroksiaseton fosfat dengan koA asil asam lemak kemudian hidrolisis asam fosfatidat dengan katalis fosfatida fosfatase menghasilkan diasilgliserol. Tahap akhir sintesis trigliserida adalah reaksi diasilgliserol dengan molekul ketiga dari koenzim A asil asam lemak yang menghasilkan triasil gliserol /trigliserida oleh diasil gliserol asil transferase.

C. PROTEIN

Metabolisme protein
Protein diserap dalam bentuk asam amino yang merupakan hasil pembongkaran protein. Penyarapan asam amino terjadi di usus halus secara osmosis dan ada pula protein yang masuk dalam usus melalui pinositosis/fagositosis. Kelebihan protein akan dirombak dalam sel hati menjadi senyawa yang mengandung unsur N, seperti NH3, NH4OH dan yang tidak mengandung unsur N. Senyawa yang mengandung unsur N akan disintesis menjadi urea, sedangkan yang tidak mengandung unsur N akan mengalami sintesis ulang menjadi karbohidrat dan lemak.
Proses pembentukan urea berlangsung di dalam hati karena hanya sel-sel hati yang menghasilkan enzin arginase. Urea yang dibentuk diangkut menuju ginjal, selanjutnya dikeluarkan tubuh dalam bentuk urin.

Anabolisme protein
 Protein tersusun dari senyawa asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Suatu molekul asam amino terdiri atas gugus karboksil(-COOH) dan gugus amino(-NH2). Penggabungan gugus asam amino pada substrat disebut aminase. Dalam penyusunan asam amino, asam glutamat yang berperan penting. Asam glutamat terbentuk oleh reaksi asam α-ketoglutarat dan NH3 dengan bantuan enzim dehidrogenase glutamat. Aminase dari asam oksaloasetat menghasilkan asam aspartat, aminasi dari asam piruvat menghasilkan alanin. Proses ini berlangsung dalam reaksi aminasi reduksi :

Asam α-ketoglutarat + NH3  -------->    Asam α iminoglutarat + H2O
                                               Glutamat dehidrogenase
Asam iminoglutarat + NADH2  -------------------->  Asam glutamat + NAD
                                                          Aspartatdehidrogenase
Asam oksaloasetat + NH3 +NADH2  ---------------------------------> Asam aspartat +H2O + NAD
                                                 Alanin dehidrogenase
Asam piruvat + NH3 + NADH2  ---------------------------->   Alanin +H2O +NAD

Reaksi transminasi merupakan reaksi yang melibatkan transfer /pemindahan satu gugus amino dari asam amino ke suatu asam α-ketoglutarat baru dan asam amino baru yang dibantu oleh enzim transominase.

Selasa, 11 Desember 2012

ANGKA penyabunan


Bilangan Penyabunan dapat dipergunakan untuk menentukan bobot molekul minyak/lemak secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon pendek, akan mempunyai bobot molekul (Mr) kecil, sedangkan minyak dengan rantai karbon panjang akan mempunyai bobot molekul yang lebih besar. Minyak/lemak yang mempunyai bobot molekul kecil akan mempunyai bilangan penyabunan yang besar dan sebaliknya minyak dengan bobot molekul besar akan mempunyai bilangan penyabunan yang relatif kecil.

Bilangan Penyabunan (Safonifikasi) adalah banyaknya (mg) KOH yang dibutuhkan untuk mempersabunkan satu gram minyak/lemak.

Adapun cara penentuannya adalah: 5 gram minyak ditimbang dalam labu erlenmeyer 250 ml, kemudian ditambahkan 50 ml larutan KOH 0,5 N beralkahol. Selanjutnya ditutup, dan dilakukan pemanasan secara refluk mendidih selama 30 menit), yang bertujuan untuk menghidrolisa dan mempersabunkan minyak/lemak Kemudian didingnkan dan ditambah indikator PP 1 % sebanyak 5 tetes, selanjutnya sisa HCl ditetrasi dengan menggunakan larutan HCl 0,5 N yang telah distandarisasi, sampai larutan berwarna merah jambu atau tepat warna merah hilang. Lakukan perlakuan blanko, dengan cara yang sama yaitu 50 ml larutan KOH 0,5 N beralkohol, langsung tambahkan indikator PP 1 % dan ditetrasi dengan HCl 0,5 N sampai Titik Akhir Titrasi Tepat warna merah hilang (merah Muda).


Dasar Analisa Bilangan Penyabunan (Metode Alkalimetri)

Mengenai dasar analisa penetapan Bilangan Penyabunan lemak metode Alkalimetri yang digunakan ada beberapa langkah/tahapan sebagai berikut:
1.Penimbangan sampel 1,5 – 5 gram sampel ditimbang dalam labu erlenmeyer yang bersih dan bebas minyak/lemak dengan teliti.
2.Hidrolisa/Penyabunan
        Sampel yang telah ditimbang ditambah 50 ml larutan KOH 0,5 N beralkohol kemudian dipanaskan secara refluk selama 30 menit, tahapan ini bertujuan untuk menghidrolisa dan mempersabunkan minyak/lemak.
3.Titrasi
        Sisa KOH yang mempersabunkan minyak/lemak didinginkan dan ditambah dengan larutan indikator PP 1 % sebanyak 5 tetes, lalu dititrasi dengan menggunakan larutan HCl 0,5 N yang telah distandarisasi, sampai mencapai Titik Akhir Titrasi dari merah menjadi merah jambu atau tepat warna merah hilang.
        Lakukan perlakuan blanko, dengan cara yang sama yaitu 50 ml larutan KOH 0,5 N beralkohol, langsung tambahkan indikator PP 1 % dan ditetrasi dengan HCl 0,5 N sampai Titik Akhir Tetrasi Tepat warna merah hilang (merah muda).

Rangkuman Materi

1. Minyak adalah senyawa Ester tri glisirida yang terbentuk dari reaksi antara Alkanol trivalen (Gliserol) dan Asam Lemak.
2. Asam lemak penyusun minyak/lemak ada dua jenis yaitu Asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh.
3. Asam lemak jenuh sebagian besar terdapat dalam bahan hewani, sedangkan asam lemak tak jenuh terdapat dalam bahan nabati.
4. Penyebab terjadinya rancidity adalah adanya asm lemak tak jenuh yang mengalami adisi terhadap oksigen.
5. Apabila minyak ditambahkan dengan basa kuat maka akan terbentuk Sabun (Safonifikasi).
6. Salah satu diantara parameter penentu mutu minyak adalah Bilangan Penyabunan.
7. Langkah penetapan/analisa Bilangan Penyabunan adalah:
a. Penimbangan sampel
b. Hidrolisa/penyabunan dengan pemanasan secara reflux
c. Pendinginan
d. Penitaran.
8. Titik Akhir Titrasi yang digunakan sebagai kriteria penitaran sisa KOH terhadap HCl adalah ditandai dengan perubahan warna dari merah ke merah jambu atau tepat warna merah hilang.
9. Apabila asam lemak penyusun dari minyak mempunyai bobot molekul kecil, maka Bilangan Penyabunan menjadi besar dan sebaliknya apabila bobot molekul asam lemak besar, maka Bilangan Penyabunan Kecil.
10. Proses penyabunan dapat terjadi asam lemak jenuh (lemak dari bahan hewani )maupun asam lemak tak jenuh (minyak dari bahan Nabati).
 

Minggu, 09 Desember 2012

Garam beryodium

Tips-pilih-garam
TIPS UNTUK MEMILIH GARAM BERYODIUM
Oleh
Dr. Anie Kurniawan, MSc.
Subdirektorat Gizi Klinis – Direktorat Gizi Masyarakat

Sebagai orang yang bekerja di bidang kesehatan, kita sering mendapat pertanyaan dari masyarakat tentang bagaimana cara memilih garam itu beryodium atau tidak pada saat akan membelinya. Hal ini memang sulit dilakukan, karena garam pada umumnya sudah terbungkus rapi dan kita tidak dapat menentukan beryodium atau tidak dengan hanya melihat atau mengecapnya. Dengan demikian, salah satu tahap awal adalah membeli merk tertentu dalam jumlah sedikit atau bungkus kecil saja dulu, untuk dilakukan uji kandungan yodium.

Cara yang paling mudah untuk menguji kandungan yodium dalam garam adalah dengan menggunakan cairan uji, yang saat ini banyak digunakan adalah “Iodina test.” Hanya dengan tiga tetes cairan uji, kita dapat mengetahui garam tersebut mengandung yodium cukup atau tidak cukup. Namun demikian, ternyata cairan uji tersebut tidak tersedia di pasaran bebas. Alat uji yodium saat ini baru dapat kita lihat di Puskesmas, itupun belum seluruh puskesmas memilikinya. Selain itu, apakah mungkin kita melakukan uji yodium pada saat kita membeli garam?

Berikut ini “tips” untuk memilih garam beryodium, yang dapat disosialisasikan ke
masyarakat:
1) Pilihlah garam yang dikemas dan berlabel “Garam Beryodium”, ada nomor MD atau SP, isi/berat kemasan, kandungan yodium 30-80 ppm, nama produsen.
2) Pilihlah kemasan yang rapi dan tidak rusak.
3) Pilihlah garam yang putih dan kering, tidak lembab atau basah.
4) Beli sedikit dulu (kemasan kecil) untuk diuji di rumah, kalau perlu beberapa merk, untuk pegangan dalam pembelian selanjutnya.
5) Hindari memilih garam bata/briket apalagi yang tidak dikemas, kecuali telah anda uji pada setiap bagian (luar dan dalam) dan hasilnya cukup.
6) Apabila sudah dilakukan uji terhadap merk tertentu, pembelian selanjutnya tidak perlu lagi dilakukan uji.
7) Pilihlah kemasan kecil agar penyimpanan di rumah tidak terlalu lama, untuk menghindari proses pelembaban akibat terbukanya kemasan.

 Mudah-mudahan tips di atas dapat membantu masyarakat dalam memilih garam beryodium yang berkualitas baik, sebagai upaya pencegahan timbulnya masalah gangguan akibat kurang yodium.

Minggu, 02 Desember 2012

Boraks


Boraks merupakan suatu kristal lunak yang mengandung unsur boron, berwarna dan mudah larut dalam air. Boraks dalam air berubah menjadi natrium hidoksida dan asam borat,
Sifat-sifat boraks
· Bentuk : Serbuk kristal putih
· Tidak berbau
· Larut dalam air
· Tidak larut dalam alkohol
· pH 9,5
Boraks atau  natrium tetraborat (Na2B4O7.H2O) yang banyak digunakan dalam berbagai industri non pangan khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu dan keramik. Daya pengawet yang kuat dari boraks berasal dari kandungan asam borat didalamnya. Boraks dan asam borat juga digunakan untuk deterjen, mengurangi kesadahan dan antiseptik lemah.
Boraks adalah senyawa yang dapat memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang bagus serta memiliki kekenyalan yang khas. Dengan kemampuan tersebut boraks sering disalahgunakan oleh para produsen makanan yaitu digunakan sebagai bahan pengawet pada makanan yang dijualnya. Namun begitu boraks merupakan bahan tambahan makanan yang sangat berbahaya bagi manusia karena bersifat racun.
Boraks umumnya digunakan untuk mempercepat empuknya sayur mayur yang dimasak sekaligus memberikan aroma sedap, serta mempertahankan warna hijau dari sayuran lebih lama. Boraks dijual dipasarkan dengan label bleng, dengan maksud menyamarkan identitas aslinya. Bleng ini dapat dibeli dengan harga murah dan didapat dengan mudah, sehingga masyakat banyak menggunakan bahan berbahaya ini.
Boraks merupakan salah satu bahan tambahan makanan yang berbahaya dan dilarang, hal ini telah dicantumkan dalam Permenkes tentang bahan tambahan makanan yang dilarang.

Boraks akan berguna dengan positif bila memang digunakan sesuai dengan seharusnya, tetapi kedua bahan itu tidak boleh dijadikan sebagai pengawet makanan karena bahan-bahan tersebut sangat berbahaya, seperti telah diuraikan diatas pengaruhnya terhadap kesehatan.
Walaupun demikian, karena ingin mencari keuntungan sebanyak-banyaknya, banyak produsen makanan yang tetap menggunakan kedua bahan ini dan tidak memperhitungkan bahayanya. Beberapa contoh makanan yang dalam pembuatannya sering menggunakan boraks adalah bakso, ikan, tahu,dan mie.
Boraks merupakan bahan tambahan yang sangat berbahaya bagi manusia karena merupakan racun. Bila terkonsumsi dalam konsentrasi tinggi racunnya akan mempengaruhi kerja syaraf. Secara awam kita tidak dapat mengetahui seberapa besar kadar konsentrat formalin dan boraks yang digunakan dalam suatu makanan. lebih baik hindari makanan yang mengandung formalin.
Tahukah kita bahwa boraks sangat berbahaya bagi kesehatan?
Boraks merupakan garam natrium yang banyak digunakan di berbagai industri non-pangan, khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik. Boraks biasa berupa serbuk kristal putih, tidak berbau, mudah larut dalam air, tetapi boraks tidak dapat larut dalam alkohol. Boraks biasa digunakan sebagai pengawet dan anti septic kayu. Daya pengawet yang kuat dari boraks berasal dari kandungan asam borat didalamnya.
Asam borat sering digunakan dalam dunia pengobatan dan kosmetika. Misalnya, larutan asam borat dalam air digunakan sebagai obat cuci mata dan dikenal sebagai boorwater. Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur, semprot hidung, dan salep luka kecil. Namun, bahan ini tidak boleh diminum atau digunakan pada luka luas, karena beracun ketika terserap masuk dalam tubuh.
Berikut beberapa pengaruh boraks pada kesehatan.
a. Tanda dan gejala akut :
Muntah-muntah, diare, konvulsi dan depresi SSP(Susunan Syaraf Pusat)
b. Tanda dan gejala kronis :
- Nafsu makan menurun
- Gangguan pencernaan
- Gangguan SSP : bingung dan bodoh
- Anemia, rambut rontok dan kanker.
Boraks Bisa Mematikan
Sering mengonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan otak, hati, lemak, dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, bahkan kematian.