PENDAHULUAN
Salmonella adalah agen penyebab bermacam-macam infeksi,
mulai dari gastroenteritis yang ringan sampai dengan demam tifoid yang berat
disertai bakteremia. Salmonellosis digunakan untuk mempertelakan infeksi yang
disebabkan pleh anggota marga Salmonella. Kelompok ini adalah kelompok batang
gram-negatif yang besar sekali yang dapat dibedakan dari flora normal usus
dengan cara criteria biokimia dan antigen.
Salmonellosis pada manusia dapat dibagi menjadi 4
sindrome. Empat sindrom tersebut yaitu gastroenteritis atau yang dikenal
sebagai keracunan makanan, demam tifoid, bakteremia (septikimia), carrier yang
asimptomatik.
Berkembangnya penyakit ini di Indonesia berkaitan erat
dengan memburuknya kondisi sosial ekonomi, fasilitas pelayanan kesehatan
masyarakat (sarana dan prasarana) yang kurang memadai, serta meningkatnya
jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal. Selain itu factor yang
memiliki pengaruh besar yaitu daya tahan tubuh yang lemah, virulensi dan jumlah
bakteri yang juga memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi bakteri.
ISI
A. DEFINISI
Demam
Tifoid atau demam akut yang disebabkan oleh kuman salmonella typhi. Penyakit
ini dapat pula disebabkan oleh salmonella enteritidis bioserotip paratyphi A dan
salmonella enteritidis serotip paratyphi B.
Tifoid
berasal dari bahasa Yunani yang berarti smoke, karena terjadi penguapan panas
tubuh serta gangguan kesqdaran disebabkan demam yang tinggi.
Salmonella
enterica
Kingdom : Eubacteria
Filum :Proteobacteria
Kelas : Gammaproteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Salmonella
Spesies : S.enterica
B. Morfologi
Kuman
berbentuk batang, tidak berspora, pada pewarnaan gram bersifat negative Gram,
ukuran 1-3,5 um x 0,5-0,8 um, besar koloni rata-rata 2-4 mm, mempunyai flagell
peritrikh kecuali Salmonella pullorum dan Salmonella gallinarum.
C. Epidemiologi
Salmonellosis,
terutama demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Angka
kesakitan demam tifoid di Indonesia masih tinggi, berkisar antara 0,7-1% (data
dari Depkes, 1985). Makanan dan minuman yang terkontaminasi merupakan mekanisme
transminasi kuman Salmonella, termasuk S. typhi. Khususnya S.typhi, carier manusia adalah sumber infeksi. S.typhi
biasa berada dalam es, air, debu, sampah kering, yang bila organisme ini masuk
kedalam vehicle yang cocok (daging, kerang, dan sebagainya) akan berkembang
baik mencapai dosis infektif.
D. Cara
Penularan
Demam
tifoid biasanya menular melalui makanan yang terkontaminasi S.typhi. seseorang
bisa menjadi sakit bila tertelan organisme ini sebanyak 50% orang dewasa
menjadi sakit bila menelan sebanyak 107 kuman. Dosis dibawah 105
tidak menimbulkan penyakit. .
E. Gejala
klinik
Penularan
melalui makanan yang terkontaminasi
S.typhi. Organisme yang tertelan tadi masuk kedalam lambung untuk mencapai usus
halus. Asam lambung tampaknya kurang berpengaruh terhadap kehidupannya.
Organisme ini secara tepat mencapai usus halus bagian proksimal, melakukan
penetrasi kedalam lapisan epitel mukosa. S.typhi telah sampai dikelenjar getah
bening regional/KGB masantrium dan kemudian terjadi bakteremia dan kuman sampai
dihati, limpa, juga sumsum tulang dan ginjal. S. typhi segera difagosit oleh
sel-sel fagosit mononukleus yang ada di organ tersebut. Disini kuman berkembang
biak dan memperbanyak diri. Inilah karakteristik dari S.typhi yang akan
menentukan perjalanan penyakit yang ditimbulkannya.
Setelah
periode multiplikasi intraseluler, organisme akan dilepaskan lagi ke dalam aliran
darah, terjadi bakteremia kedua, pada sat ini penderita akan mengalami panas
tinggi. Bakteremia ini menyebabkan dua kejadian kritis yaitu masuknya kuman
kedalam kantung empedu dan plaque Peyer. Bila
dengan masuknya kuman tadi terjadi infeksi radang yang hebat sekali maka akan
terjadi nekrosis jaringan yang secara klinik ditandai dengan
masuknya kuman tadi ditandai dengan kholesistisis nekrotikans, dan
perdarahanporfasi usus. Masuknya kuman di kantung empedu dan plaque Peyer menyebabkan kultur tinja positif, dan dapat menyebabkan
terjadinya carrier kronik.
Histopatologi
penyakit demam tifoid berhubungan langsung dengan proliferasi sel-sel
mononukleus (RES), yang dapat dilihat sebagai hiperplasi plaque Peyer. KGB mesentrium,hati dan limpa. Fokal nekrosis terjadi
di hati, becak-bercak radang dikantung empedu, paru-paru, sumsum tulang.
Masa
inkubasi demam tifoid umumnya 1-2 minggu, dapat lebih singkat yaitu 3 hari atau
lebih panjang selama 2 bulan. Gejala klasik penyakiit ini adalah demam tinggi
pada pada minggu kedua dan ke tiga sakit ,biasanya dalam 4 minggu simtom telah
hilang,meskipun kadang-kadang bertambah lebih lama.Gejala lain yang sering
ditemukan adalah anoreksia,malaise,nyeri otot,sakit kepala,batuk dan
konstipasi. Selain dapat dijumpai adanya bradikardiarelatif,pembesaran hati dan
limpa,bintik Rose sekitar umbilikus.
Komplikasi
yang terjadi antara lain komplikasi pada system saraf seperti
ensefalitis, ensefalomielitis; gangguan psikiatri, miokarditis akut, hepatitis, osteomielitis, arthritis septic, juga komplikasi pada usus berupa
perdarahan dan perforasi. Relapse merupakan komplikasi yang
umumnya terjadi setelah 1 sampai 3 minggu pengobatan dihentikan.
F. Diagnosis
Laboratoium
Ada metode untuk
mendiagnosis penyakit demam tifoid yakni;1.diagnosis mikrobiologik/pembiakan
kuman,2.diagnosis serologic dan 3.diagnosis klinik.
Metode diagnosis mikrobiologik
adalah metode yang paling spesifik dan lebih dari 90%penderita yang tidak
diobati ,kultur darahnya possitif dalam minggu pertama. Hasil ini menurun
drastic setelah pemakaian obat antibiotik, dimana hasil positif menjadi
40%.Meskipun demikian kultur sumsum tulang tetap memperlihatkan hasil yang
tinggi yaitu 90%positif. Pada minggu-minggu selanjutnya hasil kultur darah
menurun,tetapi kultur tinja dan kultur urin meningkat yaitu 85% dan 25%
berturut-turut positif pada minggu ke tiga dan keempat.
Diagnosis serologic tergantung
pada antibiotik yang timbul terhadap antigen O dan H,yang dapat dideteksi dengan
reaksi aglutinasi (tes Widal). Antibiotik terhadap antigen O dari grup D timbul
dalam minggu pertama sakit dan mencapai puncaknya pada minggu ketiga dan
keempat yang akan menurun setelah 9 bulan sampai 1 tahun.Titer agglutinin 1/200
atau kenaikan titer lebih dari 4 kali berarti tes Widal positif,hal ini
menunjukan adanya infeksi akut S.typhi.
Tetapi peninggian titer agglutinin
Obisa juga disebabkan oleh antigen O kuman Salmonella lain dari grup D
yang memiliki persamaan faktor 9 dan 12 seperti pada S.typhi. Adanya peninggian titer antibiotic terhadap antigen D yang
berasal dari flagel S.typhi menambah spesifisitas hasil tes Widal. Antibodi terhadap
antigen flagel meninggi titernya setelah minggu pertama dan mencapai puncaknya
pada minggu ke-4 sampai ke-6,dan titernya tetap tinggi selama
bertahun-tahun. Ditemukannya titerantibodi flagel yang tinggi tidak berarti ada
infeksi yang akut. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan yang mempengaruhi hasil
tes Widal adalah;stadium penyakit, vaksinasi ,reaksi anamnestik, daerah yang
endemis serta pengobatan.
Amfisilin dan kloramfenikol adalah
antibiotika yang paling nhampir sembuh mungkin tetap menjadi pembawa untuk
jangka waktu lama dan menghilangkan organisme dari mereka kadang-kadang sangat
sukar.
G. Pencegahan
Pengobatan antibiotika
yang efektif dapat mengurangi angka kematian (di Amerika angka kematian turun
menjadi 1% bahkan kurang).
Antibiotika khloramfenikol masih
dipakai sebagai obat standar, dimana
efektivitas obat-obat lain masih dibandingkan terhadapnya.Untuk strain kuman yang sensitive terhadap
khloramfenikol ,antibiotika ini memberikan efek klinis paling baik dibandingkan
obat lain.Perlu diketahui khloramfenikol
mempunyai
Obat-obat lain seperti
ampisilin,amoksisilin dan trimetoprim-sulfametoksasole dapat dipergunakan
untuk pengobatan demam tifoid dimana strain
kuman penyebab telah resisten terhadap khloramfenikol,selain bahwa
obat-obat tersebut kurang toksik dibandingkan khloramfenikol.
Imunisasi dengan vaksin monovalen
kuman S.typhi memberikan proteksi yang cukup baik.Vaksin
akan merangsang
pembentukan serum antibody terhadap
antigen Vi,O dan H.Dari percobaan pada sukarelawan ternyata antibody terhadap
antigen H memberikan proteksi terhadap S.typhi
,tetapi tidak demikian halnya antibody
Vi dan O.